Monday, November 2, 2015

Perbandingan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Perbandingan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Artikel sebelumnya:
Penelitian Kualitatif
Penelitian Kuantitatif
Memahami Metode Penelitian Sosial

Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki tujuan yang sama yakni ingin menjelaskan dan memahami realitas sosial, namun dengan cara dan gayanya masing-masing. Perbedaan pokoknya terletak pada: data yang digunakan, prosedur  penelitian yang dijalankan, penggunaan teori (peran teori tidak sama pada masing-masing metode penelitian ini), dan karakter hasil dan kedalamannya. Kuantitatif sama sekali tidak berbicara kedalaman makna karena ia “hanya” menjelaskan realitas secara makro, di permukaan saja, sedangkan kualitatif menjelaskan realitas sosial secara mendalam.


Untuk menampakkan karakter keduanya secara mudah, ilustrasi Tabel 1 menunjukkan perbandingan dan perbedaan antara keduanya.

Tabel 1. Perbandingan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Newmann)
Kriteria
Metode Kuantitatif
Metode Kualitatif
Frame pemandu peneliti Hipotetis, yang diuji. Menemukan meanings
Konsep Ditemukan dari variabel yang berbeda Ditemukan dalam tema, motif, generalisasi dan taksonomi.
Pengukuran Sistematis; dilakukan sebelum  pengumpulan data; terstandard. Dilakukan tersendiri; individual menurut setting peneliti.
Data Berbentuk angka; presisi. Berbentuk  teks, gambar; berasal dari dokumen, observasi dan transkrip.
Teori Sangat menentukan; deduktif. Bisa menentukan atau tidak begitu menentukan; seringkali induktif.
Prosedur Standard. Khusus.
Analisis Menggunakan statistik, tabel, diagram; berelasi dengan hipotesis. Dilakukan dengan cara mengekstrak tema atau melakukan generalisasi dari bukti-bukti temuan dan mengorganisasi data untuk menemukan koherensi dan konsistensi data.
Sumber: Lawrence W. Newmann (2003) Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Fifth Edition. Boston: Pearson Education Inc,., halm. 145.

Ilustrasi Tabel 1 bersumber dari buku Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches yang ditulis oleh W. Lawrence Newmann. Untuk lebih memperlihatkan secara lebih jelas metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif serta perbedaan antara keduanya, Tabel 2 menyajikan secara ringkas dan lebih banyak, yang saya sarikan dari berbagai referensi.
Masing-masing metode memiliki target, tujuan, cara dan karakternya masing-masing. Perbedaan di antara keduanya bukan sekedar istilah, tetapi menunjukkan tatacara dan perlakuan terhadap data yang kemudian berpengaruh pada analisis dan hasil penelitian. Mempertukarkan unsur dan kriteria dari masing-masing metode, kadang tak disadari oleh peneliti (terutama kualitatif) bisa membingungkan sang peneliti itu sendiri. Jika menggunakan metode kuantitatif, gunakan kriteria dan karakter kuantitatif. Demikian juga jika menggunakan metode kualitatif, maka karakter kualitatif yang digunakan. Jika tertukar, maka penelitiannya akan kacau.
 
Tabel 2. Perbandingan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Wawan)

             Kriteria
Metode Kuantitatif
Metode Kualitatif
Tujuan penelitian Menguji teori Membangun, mengkritisi teori
Paradigma Positivisme Non positivisme: post-positivisme, kritis.
Penginderaan realitas sosial Keberaturan, memiliki keajegan natural, dapat diamati, dapat diukur, dapat dikonsepkan, perceived. Tidak memiliki keberaturan, misteri, tidak selalu tampak, perlu digali lebih dalam.
Observasi fakta Variabel Situasi.
Representasi fakta Numerik (angka) Non-numerik (teks).
Alur pikir Deduktif Induktif .
Alur penelitian Linier non-linier.
Corak (proses) penelitian Tidak ada kebaruan; standard; mekanis Selalu ada yang baru; unik (berbeda tiap peneliti).
Peran teori Sentral, dominan, ketat Tidak sentral, tidak dominan tetapi tetap diperlukan.
Fungsi teori Membingkai peneliti secara ketat. Memandu peneliti pada titik awal, selanjutnya peneliti memahami realitas sosial secara alamiah.
Sifat hasil penelitian Makro; menjelaskan fenomena yang tampak dipermukaan. Mendalam, menjelaskan fenomena hingga “di balik realitas”.
Point of view Researcher’s point of view Native’s point of view
Sifat metode Statis, kaku Dinamis, fleksibel.
Relasi dengan Objek/ Subjek (O/S) Penelitian Berjarak Dekat, interaktif.
O/S Penelitian Responden Informan, narasumber
Pemilihan O/S Penelitian Acak (simple random sampling, stratified sampling, multi-stage random sampling) Terpilih, berdasarkan kualifikasi dan kedekatan informan dengan masalah yang sedang diteliti; snow-ball.
Pengumpulan data Wawancara langsung atau tidak langsung (pos, internet) Wawancara langsung tatap muka, in-depth interview.
Instrumen Kuesioner Panduan wawancara.
Sifat pertanyaan Terstruktur Semi-terstruktur, tidak terstruktur, open-ended questions.
Sifat analisis Numerikal, matematis, statistikal Reflektif, interpretif, praxis.
Alat bantu analisis Statistika Ketajaman analitik dan naluri peneliti.
Software bantu SPSS, AMOS, dll CDC EZ Text
Validitas Ukuran sampel, jumlah responden (memperkecil margin of error). Jumlah informan tidak penting, yang terpenting adalah kedalaman data, kualitas informan.
Sifat hasil Bebas nilai. Tidak bebas nilai; praxis.
Posisi peneliti Di luar O/S penelitian. Bersama O/S penelitian; bricoleur.
Kelemahan Gagal menjelaskan fenomena sebenarnya; responden bisa memberikan jawaban yang tidak sebenarnya. Rentan bias peneliti karena kedekatan peneliti dengan O/S penelitian.
Contoh penelitian Survei Etnografi, fenomenologi, cultural studies, studi kasus, hermeneutik, dll.
Sumber: dari berbagai referensi, diolah.

Kesimpulan

satu
Baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif memiliki tujuan yang sama yaitu ingin menjelaskan dan memahami kehidupan sosial (realitas sosial); sama-sama melakukan pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan secara sistematis. Keduanya berangkat dari penentuan dan perumusan masalah yang berada pada konteks sosial (pengalaman manusia, masyarakat), menggunakan kerangka teori dan mengoperasikan metodologi. Bedanya, ada pada data dan prosedur (tatacara) memperlakukan data tersebut (pengolahan, analisis data) yang meliputi penggunaan teori (peranan teori), asumsi atau hipotesis dan mengoperasikan metodogi, sehingga karakter dan kedalaman hasilnya berbeda. Hasil akhir sama-sama menjelaskan realitas sosial, namun rasa dan kedalaman penjelasannya berbeda.

dua
Metode penelitian kuantitatif berparadigma positivisme, bercorak empiris, behavioris, naturalis, positivistik, bertujuan menguji teori, berjarak dengan responden, menjelaskan realitas sosial secara makro, sebatas pada realitas yang tampak di permukaan, researcher’s point of view, melalui wawancara biasa (tidak mendalam) bahkan bisa dengan wawancara tidak langsung melalui pos atau internet.

tiga
Metode penelitian kualitatif berparadigma interpretif-kritis, bercorak praxis, bertujuan membangun teori, bersama dan dekat dengan informan/ narasumber, memahami realitas sosial secara mendalam hingga behind the fact, native’s point of view, thick description, melalui in-depth interview.

empat
Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Metode kuantitatif unggul pada kemampuan menjelaskan realitas sosial secara makro, waktunya relatif cepat dan “lebih populer” secara pragmatis (misalnya: survei), tetapi lemah pada kemampuan menjelaskan realitas sosial yang sebenarnya karena realitas sosial yang tampak (inderawi) seringkali tidak  menunjukkan realitas yang sebenarnya, karenanya perlu didekati secara lebih mendalam dengan metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan “kasunyatan” (realitas yang sebenarnya). Inilah keunggulan penelitian kualitatif. Ia mampu merambah relung-relung realitas sosial yang dalam yang tidak bisa disentuh dengan metode kuantitatif yang positivistik. Kelemahannya, secara teknis rentan bias peneliti, karena subjektivitas peneliti (interpretif) dan kedekatan dengan objek/ subjek penelitian.

Lebih mendalam tentang metode penelitian kualitatif akan saya sajikan, dengan beberapa “keunikan”-nya, misalnya tentang “subjektivitas”, subjektivitas dalam kualitatif sebenarnya “objektif” karena “subjektivitas” yang digali dari informan (subjek) adalah realitas sosial dalam point of view subjek. Kemudian tentang validitas, triangulasi, dsb. Perlukah validasi dan triangulasi dalam penelitian kualitatif? Bukankah yang ingin didalami adalah “makna” (meanings) ? Dan apapun yang disampaikan oleh informan memuat meanings tertentu, yang harus dimaknai oleh peneliti? Jadi bagaimana memvalidasi data dari informan?
 _________________

Bacaan lain:
Cultural Studies
 

No comments:

Post a Comment